Entri Populer

Tuesday 19 January 2016

Warnai Jiwamu Tanpa Batas--Review Buku Coloring Your Soul

Oke, setelah sekian lama, akhirnya saya berhasil mengalahkan ego diri sendiri untuk menyelesaikan salah dua gambar di buku Coloring Your Soul Wondering Forest Edition terbitan Visi Media.




Sama seperti membaca, memberi ulasan buku mewarnai tidak mungkin dilakukan tanpa menyelesaikan, setidaknya, satu gambar di dalamnya. Maka, demikianlah. Awal memegang buku ini, saya membolak-balik halaman di dalamnya, menikmati gambar yang bisa demikian riuh, sekaligus hening. 

Riuh, karena gambar sederhana bisa dibuat rumit, seperti gambar apel yang saya pilih pertama untuk diwarnai. Namun, terasa hening karena masih polos. 




Nah, saya pikir, sekarang terserah saya mau diapakan apel ini. 
Maka, saya mulai mewarnai. 
Kenapa apel? Karena gambar ini terlihat menggoda. Dan, sepertinya sederhana dibanding gambar lainnya sehingga saya tidak butuh waktu lama untuk meresensi. 

Ternyata, saya keliru. Tampaknya memang sederhana, tapi detail di dalamnya bisa membuat kita sibuk menimbang, warna apa yang perlu diaplikasikan agar ada variasi atau gradasi.
Oke, saya amatir dalam hal mewarnai. Dan saya sempat khawatir ketika melihat postingan yang lain keren-keren dengan teknik mewarnai yang yahud. Tapi, apa masalahnya? 
Mewarnai, seperti pula membaca, seharusnya menyenangkan.

Maka, saya usir perasaan resah, dan memulainya begitu saja. Ketika sedang ingin meletakkan warna hijau, ya hijau. Jika saya rasa kuning lebih pas, maka kuning. Ketika saya rasa saatnya warna merah masuk, maka masuklah. Demikian seterusnya, hingga akhirnya selesai.



Rasanya: leganyaaa....
Apa pun hasilnya, di mata saya luar biasa. Ahahahahhah....
Saya rasa, inilah sebenarnya kenapa buku ini dinamakan mewarnai jiwa.

Dan, nagih.
Setelah berhasil menyelesaikan satu, kita akan penasaran dengan apa yang bisa kita lakukan pada gambar-gambar lain dengan alat mewarnai lain.

Seperti saya bilang, saya amatir. Alat yang saya gunakan sederhana: pensil warna, yang jumlahnya sudah tidak lengkap pula. 
Maka lalu saya membeli spidol dan meminjam krayon pada anak tetangga. Ahahahah....

Spidol saya aplikasikan pada batang apel di atas. Tapi nanti akan saya aplikasikan pada gambar-gambar lain yang memiliki rincian lebih kecil. Saya penasaran dengan gambar elang dan singa di buku ini. 

Sementara, krayon..., saya langsung merasa itu alat yang tepat untuk gambar bunga matahari ini.



Bagaimana jika saya hanya menggunakan dua warna? pikir saya. Pasti tampak seperti tumpukan bunga matahari yang baru saja dipetik. Kenyataannya, saya lagi-lagi tergoda untuk mencoba mengaplikasikan warna lain. Saya ingin bunga matahari yang merah. Membara. Maka, saya aplikasikan. 



Jauh dari rapi, memang. Namun, efeknya sama: "Wah." Lalu saya tersenyum-senyum senang, merasa bangga. Walaupun hasilnya seperti itu, ahahahahahah.

Yang menyenangkan, saya masih memiliki banyak stok gambar yang bisa saya datangi kapan saja sebagai jeda atau pelengkap menyenangkan bagi aktivitas selama ini. 
Saya bisa melakukannya sambil menepuk-nepuk Kira yang tertidur di sebelah saya sekaligus mendengarkan lagu kesukaan. 

Menyenangkan.
\(^0^)/



Pages