Entri Populer

Thursday 22 September 2016

Inyong Bocah UNY karya Anggoro Ihank (Kesan Membaca)




"Inyong kira kuliah itu enak, kayak di FTV."


Menjadi mahasiswa, seperti perjalanan lain dalam hidup, adalah proses. Ketika kuliah di FBS UNY, saya termasuk mahasiswa yang kos-perpus-kampus. Tapi kemudian di sela-sela itu saya mulai melihat pertunjukan anak tari—yang rajin disambangi beberapa mahasiswa laki-laki karena menyaksikan anak tari latihan saja bisa menjadi penyegaran—atau menyambangi pameran TA anak seni rupa—yang dulu kesannya untuk orang-orang tertentu saja padahal siapa pun boleh masuk.

Setelah berabad-abad lulus dari sana, saya berkesempatan membaca karya TA salah satu anak seni rupa. Judulnya: Inyong Bocah UNY.

Isinya bikin ngakak, sekaligus mikir.
Asiknya bikin TA begini, kesannya pembuatnya curcol sembari menggarap. Tapi menurut saya isinya bagus. *ya iyalah, buat TA mosok sembarangan*

Dari karakter, tokohnya dapet. Berasal dari Banyumas dengan logat ngapak, tokoh ini meski kadang ngeselin, jadi lucu.

Menurut saya, logat ngapak unik. Semua logat unik. Tapi, logat ngapak baru saya dengar pertama kali di Jogja. Awal-awal mendengar, saya tidak bisa menahan tawa. Tapi toh tawa tidak melulu bermaksud menghina. Beneran lucu, lho. Lucu dalam artian unik. Apalagi kalau mereka kumpul. Saya sering senyum-senyum, menahan tawa. Soalnya, khawatir orang salah sangka.

Alurnya mengalir. Dimulai dari tokoh berpamitan kepada orang tua, lalu halangan dan rintangan selama kuliah, perjuangan untuk bertahan, ada kisah cinta juga, hingga akhirnya penyelesaian.



Jeng Jeng! Awal dateng ke kampus. Excited.


Awal datang ke kampus, pasti semangat. Ada dunia baru yang bisa dijelajahi. Apalagi yang merantau. Ngekos adalah pengalaman seru. 


Seiring perjalanan waktu~~~

Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan. Kuliah, tidak seperti sekolah, nyaris tanpa tuntutan. Mahasiswa harus mewaspadai dirinya sendiri. Waspada dari rasa malas, dari senggangnya waktu yang disediakan kampus sebelum ancaman DO datang. 








Hingga kemudian, tiba saat orang tua nan jauh di mata semakin intens menanyakan kelulusan untuk kesekian kalinya. Karena, lama sekali anaknya kuliah, nyaris melebihi masa tempuh ketika anaknya masih di jenjang SD. Ingin membantu, tapi tidak bisa. Mereka cuma ingin melihatmu lulus dan wisuda. Karena itu artinya mereka berhasil membekalimu dengan cukup ilmu untuk kemudian mandiri dengan kehidupanmu.


Isi komik ini sebagian adalah curcol, sebagian adalah kritikan kepada UNY—yang menurut saya bagus. 


Dosen model begini saya kira ada di mana-mana. 

Misalnya, jenis-jenis dosen yang ditampilkan. Dosen killer, dosen jarang masuk (sampe mahasiswa nggak tau orangnya yang mana, tau-tau ujian aja~~~), dosen tipe "dewa" (nilai A hanya miliknya), dan lain-lain, ngoahahahhahah..... Saya rasa, tipe-tipe dosen begini bisa ditemukan di universitas mana saja. 


Sebagian kisah dalam buku ini dapat dijadikan pembelajaran untuk mahasiswa dan calon mahasiswa berikutnya. Bahwa menjadi mahasiswa adalah perjuangan. Setidaknya, untuk membahagiakan orang tua. Ketika kuliah, pasti ada saatnya kita ingin berontak dari sistem di kampus. Tapi, demi kebahagiaan orang tua, bertahanlah sebentar lagi. Kalau tidak tahan, segera keluar dari sana. Dengan membawa ijazah tentu.



“Ada dua kepastian yang didapatkan ketika wisuda,
yang pertama adalah ijazah
dan yang kedua adalah kebahagiaan orang tua.”


Jika segmennya diperluas menjadi mahasiswa secara keseluruhan, dan bukan mahasiswa UNY saja, saya kira komik ini akan bisa diterbitkan dan laku di pasaran.


MIsalnya, mahasiswa model begini.


That feel~~~


Chapt ini kalau saya potong segini misa bikin mispersepsi, ya.
Cie..., Inyong pegangan tangan sama Kibo~~~
Ahahahahah.... *iseng*


Judul: Inyong Bocah UNY  (Buku Komik 2015)
Karya: Anggoro Ihank
Tebal: 130 halaman


Setidaknya, dengan melihatmu wisuda, orang tuamu bahagia karena merasa telah menunaikan kewajibannya. 


Wednesday 21 September 2016

Sepotong Kisah Sepenggal Kepala karya Abdoel Semute (Kesan Membaca)




Komik ini meraih piagam penghargaan khusus dalam ajang Kosasih Award 2016. Dari empat kurator, karena bukan berasal dari dunia seni rupa sama sekali, saya hanya pernah mendengar nama Seno Gumira Ajidarma.
Seno memang penulis yang memiliki ketertarikan khusus pada lukisan.

Buku ini dicetak terbatas. Di belakang buku, ada keterangan bahwa buku ini diperbanyak dan diedarkan oleh milisi press Surabaya.



Cetakan pertama hanya 45 eksemplar. Disertai dengan keterangan bahwa pembayaran diharapkan cepat karena akan digunakan untuk memutar lagi dana tersebut. 
Hal tersebut mereka lakukan karena tentu sulit mencari penerbit mayor yang mau menerbitkan karya seperti ini. Di sisi lain, buku ini menjadi terkesan eksklusif, karena hanya ada beberapa saja--setidaknya untuk sementara. 

Dan entah bagaimana pengumuman ini menyasar ke laman facebook saya. Beberapa kawan yang berkecimpung di dunia desain pernah—kalau tidak bisa disebut sering—menyebut nama Kosasih atau menyebut ajang osasih Award ini. Maka, dengan senang hati—dan harapan tinggi mereka akan membeli—saya share postingan itu.
Setidaknya, ada yang benar-benar membeli, dan saya bisa membacanya saat ini. (⌒▽⌒)

Bagi saya, masing-masing karya memiliki kekuatan tersendiri. Beberapa pesan memang tepat disampaikan dengan ringan dan sederhana, beberapa lagi, seperti buku ini, padat dan berat.

Sebagian gambar di buku ini membuat saya berusaha bertahan untuk melihat detailnya, sebagian lagi tidak berani saya teliti. Bukan takut, tapi ini cuma karena saya membacanya tengah malam, oke?


Isinya adalah bentuk kemarahan kepada pemerintah. Kemarahan yang kemudian berujung pada kepasrahan.

Hanya yang rakus...

Pada sudut yang lain, orang2 bersembunyi di balik kursi kayu yang mereka anggap sebagai kuasa wakil Tuhan!—p. 15

Selain itu, buku ini juga mengkritisi televisi. Bagaimana besarnya pengaruh media tontonan itu kepada manusia.

Sebenarnya, mungkin bukan hanya televisi yang sangat berpengaruh pada kepala manusia saat ini, internet juga. Tapi, dipilih spesifik televisi karena salah satu yang disorot adalah iklan.


Mereka... penerus kita.



“ayo bekerja-ayo belanja sebelum mati menjemput dan kita hidup belum sempat menjajakan keserakahan, karena hanya yang rakus yang bisa bertahan hidup!”—p. 27

Kenyataannya, mental konsumtif memang kental di negara kita.
Juga, seperti teriakan lain, banyak yang berakhir terbenam dalam dada masing-masing.
Kita, pada akhirnya, selama ini selalu pasrah. Tenggelam dalam protes-protes kita sendiri.
Sementara bumi tempat kita menumpang ini semakin sengsara.
Dan kita, tidak bisa berbuat apa-apa.

Favorit.

Yah, itu interpretasi saya. Kamu bisa saja mendapat kesan yang berbeda.

Buku ini bisa jadi selingan pilihan menarik. Dan mungkin ingin kamu koleksi kalau suka dengan gaya gambarnya.

Sayang, ada salah satu halaman yang tulisannya kepotong. 


halaman terpotong


Judul: Sepotong Kisah Sepenggal Kepala
Karya: Abdoel Semute
Penerbit: Milisi Press Surabaya
Tebal: 100 halaman
Ukuran: A5



Tuesday 20 September 2016

Tips Buat Kamu yang Mau ke Gudang Gramedia di Tajem, Yogyakarta

Baru-baru ini beredar informasi seputar buku murah di gudang Gramedia yang berlokasi di Tajem, Yogyakarta. Sebenarnya, buku murah ini sudah berlangsung selama setahun, lho. Cuma, dulu harganya memang masih kisaran 5.000-40.000. Dan kondisi gudang ramai, tapi masih bisa dimaklumi. Lalu tetiba September ini Gramedia benar-benar berniat mencuci gudang. Jadi, semua buku di dalamnya sebaiknya dikeluarkan.

Kemudian datanglah pengumuman itu: Semua buku dipukul rata, lima ribu saja.

Besar, sedang, bagus, lecek, pokoknya yang ada di Gudang silakan pilih dan bawa ke kasir. Dan itu artinya perjuangan. (҂'́)9

Karena oh karena pesona harga 5.000 per eksemplar memang aduhai, maka mulai berdatanganlah massa yang tak terduga. Beberapa kawan mulanya bertanya kepastiannya kepada saya. "Itu beneran apa hoax?"

Well, itu beneran. Dan bahkan yang nggak suka baca pun bakal tertarik dengan harga segitu.

Pengumuman setahun lalu hanya beda di: harga 5.000 s.d. 40.000, tapi gambar sudah tidak saya simpan.


Kalau kamu salah satu orang yang berminat datang ke gudang itu, berikut tips dan trik biar hunting buku kamu di sana sukses.

Langkah-Langkah Memasuki Gudang Gramedia


1.  Parkir kendaraan


Foto diambil pas gudang rame-ramenya. Bahkan gerbang lapis pertama dikerubuti orang-orang. Saya nggak jadi masuk waktu itu, bablas mamam baso. 


Parkiran motor gudang berlokasi di seberangnya. Pastikan kamu lihat kanan-kiri sebelum menyeberang dari tempat parkir. Lain hal kalau kamu pakai jasa Gojek atau Taksi.

2.  Memasuki Gerbang lapis pertama (Iya, gerbangnya dua lapis)



Ini titik lokasi pameran pertama, di halaman, tempat parkiran motor para pegawai. 


Seperti bisa dilihat di foto, jam kunjung (emang besuk orang sakit) dibagi menjadi tiga sesi.

Sesi 1: 09.00 – 10.30
Sesi 2: 11.00 – 13.30
Sesi 3: 14.00 – 15.30

Selama berada di antara gerbang lapis pertama dan kedua, kamu bisa lihat-lihat pengumuman yang tertempel di pos satpam, atau mengintip kondisi gudang dari dinding pembatas, atau melihat-lihat sekitar, sukur-sukur berani mengajak berbincang orang-orang, mana tau dapet gebetan.

3.  Memasuki Gerbang Lapis Kedua


Orang-orang pengunjung pertama yang langsung memasuki gerbang lapis pertama dan menunggu di depan gerbang lapis kedua, jam 07. 30. Jam sembilan, bagian sini sudah padat. dan gerbang pertama sudah ditutup. 


Bagi kloter pertama, biasanya tidak ada nomor antrean. Semua pengunjung sesi pertama, jika tidak terlalu membludak, akan dipersilakan masuk. Sesi kedua dan ketiga diberikan nomor antrean. Jika di dalam keluar dua orang, yang berhak masuk dua orang; jika yang keluar hanya satu orang, yang boleh masuk berikutnya hanya satu orang. Hal ini demi menghindari kesesakan di dalam gudang.

Perlu diperhatikan, meskipun kamu datang jam lima pagi dan menggelar tikar di depan gerbang gudang, gerbang lapis kedua akan tetap dibuka jam sembilan.

4. Start Hunting
Lokasi di dalam gedung Gramedia ada tiga titik: luar, lantai satu, dan lantai dua. Sebaiknya, sebelum masuk pastikan kamu tau hendak menuju ke titik mana. Ingat, waktumu dibatasi. Dan setelah pertempuran mencari dan membawa buku yang kamu mau masih ada perjuangan antre yang seakan tiada habisnya~~

Di luar


Lantai 2



Tips: Bawa kantungmu sendiri. Beberapa mengambil plastik yang ditemukan dalam perjalanan dari parkiran ke gudang. Tapi sebaiknya bawa sendiri. Dan jangan cuma satu. Ada juga yang bawa karung (beneran), dan menurut saya itu efektif.

Untuk diingat: Sekalap-kalapnya kamu mencari di antara buku-buku yang menggiurkan itu, usahakan jangan menginjak-injak buku, pleaseee….




5.  Saatnya menghitung hasil Buruan
Sebelum ke kasir, pastikan kamu melihat kondisi sekitar. Ada jalur khusus untuk partai besar. Kalau pembelianmu banyak, sebaiknya belanjaanmu disortir dulu oleh tim Gramedia agar lebih praktis. Nanti, kamu cukup bawa catatan dari petugas dan nggak perlu menggeret-geret belanjaanmu yang tak hingga itu sepanjang jalan antrean.

hop, hop... berkardus-kardus dan berkarung-karung orang beli buku~~~


Itu tulisannya yang pake kardus: Partai Besar.


Cukup bawa kertas ini ke kasir.


Kalau nggak pake kertas itu, barang-barangmu tetep dipilah-pilah sama kasir, dikelompokkan, yang artinya bikin antrean makin berasa panjang, terutama bagi yang di belakang....
Kardus yang ikut dibawa antre, dan mulai kosong. Di antara sesaknya antre bayar, di bawah terik mentari~~~


Tips: Bawa uang cash. Selain lebih cepat, ada kasir yang tidak menerima kartu.

6.  Bawa pulang hasil kekalapanmu
Pastikan kamu menerima struk pembayaran dari kasir. Ada troli yang bisa kamu gunakan untuk membawa barang-barang besar. Jangan malu bertanya, tapi yang sopan. Kamu jelas lelah, tapi panitia juga pasti lelah.

Antre~~~


Ada troli yang bisa bantu angkut barang-barangmu sampe gerbang depan.


Nah, itu dia.
Sekarang, hal-hal yang ketje dan yang nggak banget yang bisa kamu lakukan selama di gudang.

Ketje kalo kamu…


1. Sarapan, lalu bawa makanan dan minuman; karena kalau tidak, bisa-bisa kamu pingsan atau dehidrasi.

2. Antre yang rapi. Waktu di sana, saya melihat kakek-kakek yang hanya membawa dua buku untuk dibeli tapi harus antre hampir dua jam. Saya sudah sampaikan saran ke pihak gudang agar pembeli dikelompokkan berdasar sedikit banyaknya pembeli, beberapa kawan lain menyarankan agar pembeli yang sudah tua, sedang hamil, atau difabel diberi jalur sendiri. Semoga disegerakan.

3. Pilih dan pilah buku. Sebelum ke kasir, banyak pembeli yang ngaso, beristirahat setelah perjuangan umpek-umpekan di dalem. Sambil istirahat, kamu bisa pilah-pilah buku yang ternyata terbawa karena nafsu semata. Kembalikan ke dalam, ya.

Nggak Banget itu kalo kamu…


1. Marah-marah karena lelah. Hel-low, semua lelah. Saling pengertian aja, lah.

2. Mengusik kardus hasil buruan orang lain. Di atas, di dekat tangga di titik lantai 2, biasanya ada kardus. Sekilas, kelihatannya itu masih milik umum, tapi hati-hati, bisa-bisa itu sudah ada yang punya. Kalau kamu mau pakai teknik mengamankan belanjaan sebelum hunting lagi, ada baiknya bawa label nama dan lakban. Beri nama kardus atau plastik bukumu. Jadi jika ada yang mengusik, jelas niatnya nggak baik. Kalau kamu telanjur melakukannya dan orang yang punya datang dan marah-marah, berbesar hatilah. Minta maaf, bilang bahwa kamu tidak tahu itu sudah ada yang punya dan kamu nggak berniat nikung belanjaannya…. Jelaskan bahwa gebetan kawan aja nggak pernah kamu tikung apalagi belanjaan orang. *ah elah*

3. Menginjak buku. Walaupun harganya “cuma” lima ribu, buku tetaplah buku. Hargailah. Mungkin bagimu buku itu tidak berarti, tapi siapa tau itu yang dicari-cari orang di belakangmu selama ini. Walaupun waktumu dibatasi, sempatkanlah menyingkirkannya ke pinggir.

4. Menyerobot antrean. Hari gini masih nyerobot? Seriusan? Capek? Sama…. Semua capek. Kakek-kakek yang saya ceritain tadi aja berusaha bertahan sekuat tenaga, lho. Apalagi darah muda seperti kamu, masih berapi-api, kan~~~ *therlalu*







Sekian pantauan saya dari lokasi. Semoga membantu.
Oh, iya, nggak semua bukunya 5.000, lho. Yang komik 5.000 dapet 2. (˘ ˘з)-

Gudang Tajem masih buka sampai 30 September 2016; atau jika bukunya keburu habis, mungkin.
Buka setiap hari, Senin-Minggu, jam 09.00-16.00.
Selamat berburu, buku.

Tetap jaga diri dan situasi terkondisikan. Jangan sampai gara-gara buku murah membuat kelakuan kita sebagai manusia jadi murahan. 
Salam syahdudududu~~~~

(づ ̄ ³)~

Pages